Minggu, 09 Maret 2014

Kenapa Bintang

Diposting oleh hani little star di 18.28
Ia menemukan kisah usai di bingkai memori yang kian memudar. Mengeja tiap-tiap huruf yang meneladani hidupnya agar tiap rangkaiannya menjadi indah dan damai. Tersadar dari satu hela nafas yang hidup dalam suara kejernihannya. Suatu kegagalan yang membimbing menuju sinar yang begitu tegar di tengah kegelapan. Menuju cahaya mentari yang setia menghangatkan walaupun tak selalu tampak hadirnya oleh mata. Biarkan semuanya mengalir deras menuju muaranya dengan kejujuran hati. Tidak untuk menang, namun menemukan sesuatu yang disebut kesederhanaan dengan kesabaran sebagai kunci pembuka paling tepat. Semua akan terasa adil dengan keikhlasan yang membanjiri diri di setiap sela dan bagiannya. Tak kan ada yang sempurna tanpa ada yang menjadi indah di sampingnya. Tak dapat bintang bersinar terang tanpa malam dan langit tempatnya mengeluarkan cahaya. Tak mungkin ada pelangi yang indah tanpa ada warna-warni yang menghiasinya. Jika semua itu yang telah digariskan untuk kita, tak kan ada yang mampu untuk menolaknya. Hingga semuanya berada pada bagian akhir yang bersemi untuk berjalan menuju keabadian dengan sebuah senyuman............” “ Akhirnya selesai juga ni tulisan. Bintang, tulisan ini hadiah dari Andin malam ini. Sampaiin buat dia yang lagi tidur nyenyak ya. Bilang ma dia supaya tetap jadi bintang buat Andin “ Sebenarnya hari ini udah hampir pagi, tapi entahlah aku sendiri juga ga tau kenapa bintang-bintang di atas sana seperti memintaku untuk tetap menatapnya sampai sang surya datang. Dan saat embun pagi mulai membuat tubuhku terasa dingin, aku memutuskan untuk merebahkan kepala kecil ini di atas bantal setelah menunaikan kewajiban kepada Sang Pencipta. Bintang-bintang itu yang selalu jadi pelipur laraku, mendengarkan setiap cerita manjaku padanya. Pemberi sinar dan membagi keceriaanya dari kaki langit yang begitu teduh. Dan suara ketukan dari balik pintu kamar itu, membangunkan tidur lelapku kembali. “ Andin adikku tersayang, udah siang. Ayah sama Bunda nungguin kamu di meja makan “ panggil kak Yudis lembut “ Andin belum laper kak, ntar aja deh nyusul “ jawab Andin sambil membetulkan letak selimutnya. “ Dasar cewek males, bangun aja kalah sama ayam “ ejek kakaknya dari luar kamar. “ Biar deh kalah, ga mungkinlah menang mulu. Salam ya buat ayam-ayam yang udah bangun. Bilangin ma mereka, hari ini Andin ngalah “ teriak Andin menanggapi ejekan kakaknya. Kakaknya cuma bisa geleng-geleng kepala ngedengar jawaban adiknya yang super bawel itu dan memutuskan buat ngebiarin permaisuri kecilnya ngelanjutin tidur. Dia tau kalau tadi malam tu anak sibuk ngeliatin bintang dari jendela kamarnya. Walaupun sebenarnya anggota keluarga Andin lumayan bingung dengan kebiasaan Andin yang satu ini. Hobi banget ngeliatin bintang dan ga pernah ada bosan-bosannya. *** Namaku Rizkia Andinatasya dan aku lebih akrab dipanggil Andin. Walaupun aku sering ngeliatin bintang, tapi bukan berarti aku hobi ngeliatin bintang lho. Aku senang banget nulis puisi dan sebulan terakhir aku banyak dapat job buat ngisi kolom kosong di majalah remaja dengan puisi. Ya semua itu setelah aku memenangkan lomba menulis puisi di salah satu radio terkenal di kotaku. Puisi itu berjudul “Dalam Kesepiannya Bintang”. Puisi yang penuh kata bintang di dalamnya. Puisi yang menuliskan tentang kesepian yang melelahkan dan kebahagiaan yang sangat jauh tertunda. Puisi yang penuh mimpi yang membuat hati berteriak tanpa pernah bisa terucap. Puisi yang membuatku terus menghirup udara dari matahari terbit, tenggelam sampai akhirnya kembali terbit. Pagi itu, setelah puas dengan tidurnya Andin dan sahabatnya Dista pergi ke danau di belakang taman di dekat hutan lindung. Embun masih menetes di dedaunan, burung-burung punai juga masih berkicau di pagi itu. Andin memang menyukai danau ini. Entah apa yang dia cari dan dapatkan di ruang milik Tuhan ini. Setahu Dista, Andin selalu menulis sebuah puisi saat dia berada di tempat ini. “ Ndin, emang kamu ga ngerasa dirugikan gitu ?” “ Maksudnya ?” “ Ya merasa dirugikan. Kamu rajin banget nulis dan ngebagiin tulisan kamu ke orang lain. Kenapa ga buat pujaan hati kamu aja Ndin ? Pasti senang deh jadi pacar kamu, tiap hari dikirimin puisi. Romantis bangetkan ? “ “ Kenapa mesti dirugikan, aku lebih senang ngeliat mereka senang. Aku lebih senang mereka ngerasain kehadiranku bukan lewat puisi-puisiku tapi karena aku memang pantas hadir di hadapan mereka.” “ Apa kamu ga pernah berfikir buat nemuin cinta kamu ? Rasanya ga sedikit cowok yang coba deketin kamu, apa kamu belum nemuin semua yang kamu cari dari mereka?” “ Ya ga gitulah Dis, semua butuh proses dan termasuk cinta. Ada alasan yang ga pernah kita tau kenapa kita belum bisa mencintai dan mencari cinta itu sendiri.” “ Maksudnya mencari?” “ Cinta emang ga perlu dicari tapi kita juga harus terus mencari tau apa cinta itu pantas buat kita. Semua orang di dunia ini butuh cinta, surga yang membuat dunia jadi indah. Sama seperti danau ini, danau yang selalu ngebuat aku merasa tenang dengan semua yang ada di sini” “ Tapi bukan berarti kamu harus sendirian selamanya Ndin. O ya, kalau boleh tau, kenapa sih di setiap puisi yang kamu buat ada kata bintang, kamu suka bintang ya ? “ “ Itu salah satu alasannya, tapi ada sesuatu yang ga kamu tau dan ga perlu tau kenapa selalu terselip kata bintang di setiap tulisanku. “ Dista masih asyik mengelilingi tepian danau di dekat hutan lindung itu. Dia mulai menyadari bahwa Andin menyimpan sesuatu darinya. Raut wajah Andin terlihat berbeda sewaktu dia mulai membicarakan cinta dan kata bintang di setiap puisi yang pernah ditulisnya. Dia penasaran juga, tapi kelihatannya Andin belum siap menceritakannya pada Dista. Sementara itu, Andin menyusuri danau dengan sampan. Entah kenapa bayangan itu muncul lagi dan Andin benar-benar tidak sanggup untuk menuliskan apapun. Pertanyaan Dista mengingatkannya akan cerita dua tahun yang lalu. Ketika seseorang yang dia sayang lenyap dari kehidupannya. Hanya sebuah bintang laut indah dan danau yang penuh kenangan ini ia tinggalkan untuk Andin. Rasanya cerita itu terlalu indah untuk dibuang dari tabungan cinta di hatinya. Tak ada seorangpun yang mungkin akan mengerti apa yang ia rasakan saat ini. Tapi ia selalu mengingat kalimat terakhir yang pernah Rangga ucapkan padanya sebelum akhirnya ia menghilang. “ Percayalah, mungkin kegelapan akan menyembunyikan pepohonan dan daun-daun dari penglihatan kita tetapi ia tidak akan menyembunyikan rasa cinta di dalam hati kita “ Tidak lama kemudian, Dista datang dan melihat Andin nangis di atas perahu yang sudah ada di tepi danau. “ Ndin, kamu kenapa?” “ Eh kamu Dis. Ga papa kok “ jawab Andin sambil menghapus air mata “ Kalau kamu ada masalah, cerita sama aku ya Andin. Walaupun aku ga bisa bantu kamu tapi aku bisa jadi pendengar yang baik kok. Kalau kamu pendam sendirian, ntar malah tambah sakit lho “ “Dua tahun sudah aku menghabiskan waktu di danau ini, berharap dia yang kucintai akan kembali. Dua tahun ini, aku mencoba menoleh, tertatih dan bertahan untuk menemukannya. Rasanya, cinta itu terlalu cepat tumbuh, mekar, mewangi, layu dan akhirnya mati dalam genggamanku.” Jawab Andin sambil terus menghapus air mata yang sebenarnya tidak ingin ia curahkan. Ya......... Andin memang telah kehilangan seseorang yang ia cintai. Satu cinta yang ia kenal dengan nama Rangga. Dua tahun lalu tepatnya, setelah mereka menyadari bahwa apa yang mereka jalani sama sekali tidak menemukan apapun. Mereka terus mencari jalan tanpa pernah tau arah yang akan mereka tuju. Mereka tidak pernah tau apa yang harus mereka pilih, maju atau mundur. Orang tua Rangga tidak merestui hubungan mereka tanpa Andin tau alasannya dan selama itu pula mereka memilih untuk mengistirahatkan kaki mereka di satu titik tak berarti. Semua berjalan begitu panjang dan melelahkan, bahkan terlalu banyak air mata di sana. Perjuangan yang mereka lalui tak pernah menemukan apa-apa dan Rangga memilih mundur dan meninggalkan Andin tanpa keputusan apapun. Ia menghilang begitu saja dari kehidupan Andin. Andinpun tidak pernah menyalahkan kepergian Rangga karena dia tau betapa sakitnya Rangga. Andin tau, Rangga tidak mau melihat air mata mengalir lagi di pipi Andin. Sejak saat itu, Andin tidak pernah berani lagi untuk mencintai karena ia memang merasa tak pantas untuk dicintai. Ia benar-benar telah kehilangan cinta yang ia cari. Tapi, Rangga tetap dan akan selalu terlukis dengan cinta di puisi-puisi Andin. Rangga tetap akan menjadi bintang dalam hidupnya. “ Din, kadang pilihan hidup ini memang terlihat menyedihkan dan tidak adil, tapi kamu ga seharusnya menghabiskan waktumu memandang semua kenangan di atas bayang-bayang hidup kamu di danau ini. Saat jalan menjadi sukar, kamu harus tetap berjalan dan tersenyum mencari apa yang seharusnya kamu cari. Semua orang di dunia ini pasti pernah menghadapi kesulitan dan yang terpenting adalah menghadapi masa-masa sulit itu sendiri dengan lapang dada. Aku tau batin kamu terluka tapi kamu harus menentukan pilihan walau sesulit apapun itu. Kamu ga mungkin bertahan di atas sesuatu yang hanya menyisakan kenangan. Walaupun itu indah, tapi rasanya waktu dua tahun udah cukup buat nentuin pilihan hidup kamu. Rangga belum dan tidak akan kembali ke sini. “ jelas Dista sambil memeluk sahabatnya yang sedang dalam kebimbangan itu. *** Andin memang hebat dan dia begitu setia menyisakan seluruh hatinya buat Rangga. Kenangan bersama Rangga telah berakar dalam hidupnya. Dista juga tidak pernah tau cerita itu. Dia tak pernah menyangka kalau senyum indah penuh kecerian itu menyimpan satu kenangan pahit. Puisi-puisi itu terlalu indah untuk menyimpan satu cerita panjang yang selama ini menyakiti Dista. “ Ndin, kamu mau janji sama aku” “ Janji apa Dis?” “ Aku ga mau luka yang kamu tanggung semakin dalam dan perih. Kamu mau menghilangkan sedikit demi sedikit kenangan itu ? “ “ Tapi .................” “ Andin, kamu ga seharusnya nunggu sesuatu yang ga pasti seperti ini tanpa akhir “ “ Ya Dis, aku mulai sadar selama ini hidupku hanya tersita dan terbuang percuma. Mungkin hari ini terakhir kalinya aku datang ke tempat ini dan aku pingin nulis satu puisi terakhir untuk Rangga di danau ini. Tinggalin aku bentar ya “ “ Ya, aku tunggu di taman depan ya “ Satu puisi terakhir yang ia persembahkan kepada hatinya yang tertulis nama Rangga dan danau cinta yang memberikan kenangan manis baginya. Sebait waktu terlewat, aku menemukan hati dalam kalbuku. Mengejar secuil arti keikhlasan dalam sebuah kesederhanaan di kaki langit. Melukiskan sketsa lautan kasih yang takkan mengering dari samudra. Terukir kisah, tertulis cinta dalam rangkaian mutiara kata. Terlihat hamparan permadani kesabaran menghiasinya tergulung cahaya matahari. Serpihan-serpihan cinta itupun berada di atas pertanyaan dengan jawaban yang berbaris di lidahku. Lalu terasa kerendahan hati meluluhkan negeri kesombonganku dan berganti dengan rasa syukur. Bintang................. Allah menampilkan wajahmu yang selalu indah untuk dilihat oleh mata ini. Menghiasi deretan 12 angka tertata untuk satu harapan di tengah kesulitan yang senantiasa tertangkap oleh senyuman. Bintang................... Ajari aku mengeja hari-hari yang berlalu tanpa arti. Ingatkan aku ketika air mata ini menetes untuk kegagalan dari kebodohan yang selalu membawa bimbang. Tegarkan aku seperti bintang yang selalu terang di tengah kegelapan. Rasanya puisi ini terlalu singkat untuk penantian Andin yang begitu panjang. Tapi Andin harus pergi dari tempat ini dan melupakan harapan yang pernah ia rangkai. Rangga memang telah pergi dan ia akan menyimpan semua itu dalam catatan yang ia susun rapi untuk jadi memori indah lima belas atau dua puluh tahun lagi. Tapi Andin percaya bahwa hatinya akan selalu jadi kompas yang jujur saat ia tersesat dan mulai berjalan lagi menemukan cinta yang baru. Puisi serta bintang laut pemberian Rangga itu ia letakkan di dalam perahu tempat di mana cinta mereka mulai tumbuh dan kini ia tinggalkan pula semua itu di tempat yang sama dengan sebentuk cinta. Mungkin Rangga tidak pernah tau tentang cinta Andin yang begitu mendalam padanya. Jauh dilubuk hatinya, Andin percaya bahwa di ujung dunia sana, Rangga masih menyimpan cintanya walau bukan lagi atas nama Andin. Sejak saat itu, Andin tak pernah lagi datang ke danau cintanya untuk menulis puisi. Dan kenapa bintang ? Satu alasan yang tak pernah benar-benar bisa terjelaskan oleh Andin karena sampai hari inipun ia tetap mencari bintang sejati yang bisa menemaninya dan bercahaya dalam hatinya selamanya dan itu bukan Rangga.

0 komentar:

Posting Komentar

 

hani Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting